Senin, 27 Januari 2014

Keluarga di Jepang


Sudah lama aku tak bercerita mengenai kehidupan personalku.

Memang sih yang aku mau masukkan disini kebanyakan adalah yang sedang berwara-wiri di pikiran saja.

Bukannya aneh atau apa.

Aku merasa perlu menulis pikiran-pikiranku karena mungkin akan berguna bagi orang lain atau bagi diriku di masa depan.

Ya ya ya keanehan itu relatif.

Boleh lah berfikir apa saja mumpung masih diperbolehkan waktu :)

Namun rasanya kurang kalo belum menuliskan keputusan paling tepat yang aku pernah ambil di Jepang.

Aku terakhir bercerita ketika masih berada di asrama. 

Aku sudah pindah semenjak awal Agustus tahun lalu.

Sekarang aku ada di rumah seorang pasangan Jepang-Indonesia yang punya kedua orang anak.

Ibunya Indonesia, Bapaknya Jepang, 1 anaknya cowo umur 10 tahun, dan 1 anaknya cewe umur 6 tahun.

Ada kamar kosong yang kebetulan disewakan untuk anak Indonesia yang sedang kuliah atau bersekolah disini.

Temanku yang berinisial F yang mengajakku kesini dan akhirnya aku tinggal dengan dia disini.

Ditambah satu lagi "anak", atau lebih tepat "bapak" berinisial I dari Indonesia juga ini, kami adalah keluarga.

Bukan asal ngomong.

Kami adalah keluarga.

Sistem yang diberlakukan disini persis seperti apa yg keluarga-keluarga lakukan.

Mulai dari dimasakkan makanan, makan bersama-sama, ngerumpi bersama-sama, sampai ke obrolan uang dan masa depan bersama.

Nasihat-nasihat yang diberikan layaknya ibu yang memberikan nasihat kepada anaknya.

Dibanding keluarga Indonesia yang kejepang-jepangan, keluargaku ini adalah keluarga Jepang yang keindonesia-indonesiaan.

Dan kami sangat bersyukur bisa mendapatkan keluarga jauh di negeri samurai nan jauh ini.

Harga relatif  jauh lebih murah bila dibanding dengan tinggal di apartemen sendiri.

Opsi untuk berbicara sehari-hari di rumah dengan bahasa Indonesia adalah opsi yang luar biasa aku rindukan, ternyata.

Di asrama dulu, aku hanya bisa berbicara bahasa Indonesia dengan satu orang sebangsa. 

Itu pun ketika makan bersama. 

Selebihnya harus dalam bahasa Jepang, atau ya bahasa Inggris.

Aku harus jujur.

Bahasa utamaku masih bahasa Indonesia.

Tidak peduli betapa terbiasanya aku memakai bahasa Inggris untuk kuliah, ketika diberikan suatu pilihan berbahasa Indonesia di rumah.

Itu luar biasa menggiurkan.

Bukan hanya berbahasanya saja lho.

Hospitalisasi orang yang berbicara dengan bahasa mothertongue-nya itu akan jauh, jauh lebih terlihat.

Sekian kata, aku punya Little Indonesia di Jepang, dan itu adalah rumahku.

Selamat beraktivitas.



Ruben






Tidak ada komentar:

Posting Komentar