Senin, 27 Januari 2014

Lagi lagi post tentang agama ah


Di dunia itu yang paling pasti dan yang bisa dijelaskan bagi saya setelah hidup selama 19 tahun ini adalah hanya adanya plus dan minus, postif dan negatif.

Ini kemudian bisa dikaitkan dengan baik dan buruknya tingkah laku manusia kalau dlihat secara filosofis.

 Black hole dan white hole. 

Adanya energi dan anti-energi. 

Kalau secara agamais, ya dosa atau tidak berdosa. 

Hidup dan mati.

 Kalau kita telaah lagi konsep perjalanan sejarah science dan agama itu pasti berlanjut ke proses menjawab akan kemana kita (roh kita) setelah melewati / berhujung di kematian. 

Agama telah beragam-ragam memberikan penjelasan akan kemana kita mati, ada umat Kristiani yang bilang bahwa kita akan dihakimi dan dimasukkan ke surga atau neraka, dan ada yang berteori / berwahyu kita akan beregenerasi dan regenerasi terus menurun (Budha)

Walau banyak yang bisa mencari-cari titik-titik dan poin penting yang agama tidak bisa jawab, namun bagi pemercaya agama tersebut, semuanya adalah hanya yang mau mereka dengar saja dan tertutup terhadap agama-agama atau kepercayaan yang lain saja.

 Justru dengan hanya mempercayai dan mau mendengar satu agama saja, bukankah itu menjadikan kita menjadi orang yang tidak Tuhan inginkan?

Kalau Tuhan emang ada dan kita belum ada bukti yang tepat kalau agama siapa yang benar, bukankah dengan demikian diberi amanah dari Tuhan untuk terus mencari2 agama yang tepat? 

Saya hidup di lingkungan dan sosial budaya yang kental dimana saya dididik sebagai anak Katolik, saya dibaptis dan dikharisma sebagai orang Katolik yang artinya saya sudah dimantapkan jadi orang Katolik.

 Saya jujur pada saat itu masih Katolik yang taat, mungkin karena saya belum dibangkitkan hatinya ya menurut saya, oleh Tuhan sendiri.

Tapi hanya dengan menjadi seorang Katolik, atau seperti teman Muslim kita, sebaiknya kita tidak menutup hati dan pikiran kita terhadap kemungkinan benarnya agama lain.

 Jujur saya sekarang ini adalah orang yang tidak percaya akan agama apapun, namun saya percaya akan adanya Tuhan di dunia ini sebelum science bisa buktikan keberadaannya Tuhan yang menciptakan kita. 

Saya ingin menekankan disini bahwa saya tetap percaya Tuhan.

 Namun, seiring perjalanan hati dan pikiran membawa saya, tentunya konteksnya masih sangat manusiawi, saya ingin bukti terlebih dahulu. 

Agama belum/tidak bisa dipilih satu dan diyakini pada masa ini, karena semua agama itu tidak satu dan beda asal-usulnya. 

Kalau ada satu agama yang membuktikan semuanya dan hanya kalau semuanya nyambung, baru agama itu adalah yang paling benar. 

Sekarang bagi saya, yang paling egois di dunia ini adalah orang yang benar2 percaya tentang agama dia dan hanya agama dialah yang paling benar, karena dengan demikian orang itu egois karena hanya merasa dirinyalah yang berhak tau akan rahasia dari Tuhan itu sendiri.

 Menurut saya yang berhak menjelaskan keberadaan diriNya ya dia sendiri. 

Kita bukan Tuhan dan bisa menentukan agama apa yang paling benar.

 Kita hanyalah manusia biasa. 

Bahkan agama mungkin saja hanya diciptakan manusia, biproduk dari manusia manusia yang putus asa akan tak bisanya mencari Tuhan.

 Manusia-manusia zaman dulu memanfaatkan karateristik manusia yang suka akan cerita, dan cerita yang dibuat oleh Tuhan sendiri tentu akan menjadi cerita yang sangat disukai, maka terbentuklah agama-agama itu, setua kepercayaan animisme sampai sebaru agama-agama Abrahamic. 

Dengan menutup hati akan kemungkinan benarnya agama yang lain darimu tentu bukanlah mau Tuhan, bukan? 

Tak mungkin dia mau kita terpisahkan antar agama. 

Kita saja manusia baru hidup sekitar 200ribu tahun yang lalu. 

Manusia tidak diciptakan di awal tetapi mungkin memang ciptaan yang paling baik bagi Tuhan. 

Di kumpulan agama-agama Tuhan Abrahamic contohnya, tuhan dikatakan menciptakan kita dalam waktu 6 hari dan akhirnya beristirahat pada hari ke tujuh. Semua terjadi sekitar 6500 tahun yang lalu

Science membuktikan bahwa alam semesta kita itu terjadi dari big bang 13,5 miliar tahun yang lalu dan terus berkembang. Bukan tiba-tiba berhenti perkembangannya ketika tercipta. Jadi agak blur disini.

 Ada teori yang mengatakan mungkin Tuhan menciptakan bintang2 dan langit di luar angkasa itu sedemikian sehingga hanya tampak luarnya saja yang seperti setua 13,5 milliar tahun. 

Dari situ saja, kita sudah bisa melihat kelumpuhan argumen ini.

 Science satu persatu bisa membantah keberadaannya Tuhan, mau atau tidak.

Bayangkan, kita di bumi ini sudah sangat sangat kecil, bahkan kurang dari 1 nanopartikel bila dibandingkan dengan kosmos. 

Mungkin 1 nano kali nano kali nano kali nano kali nano partikel. 

Anda dapat poin saya.

Kita tetap membagi-bagi bumi yang sangat kecil itu menjadi bagian yang lebih kecil lagi, dari perang antar negara, agama, dan antar kelompok di dalam negara sendiri contohnya. 

Susah dicerna memang melihat tingkah laku manusia yang demikian bila dilihat dari sudut pandang orang yang telah melihat ke atas.

 Dan maksudku atas disini adalah well, luar angkasa, bukan tuhan atau apapun itu kepercayaanmu. 

Orang-orang seperti astronom, astrophysicist dan astronot, hidup menjadi orang yang sangat berwibawa dan penuh cinta karena mereka sadar akan kecilnya kita di alam semesta ini. 

Dan di tiap generasi, sayang kalau tidak dipakai untuk saling mengasihi satu sama lain.

Toh tujuan agama itu menurutku hanyalah pandangan untuk menjalani kehidupan saja.

Demikian.

Selamat beraktivitas.



Ruben

Tidak ada komentar:

Posting Komentar