Senin, 27 Januari 2014

Science


Kalo ditanya apa yang membuatku tertarik ke dunia science, aku akan memberikan jawaban ini.



Berawal dari Galileo Galilei yang dulu mengisyaratkan kalo sebenarnya bumi bukanlah pusat alam semesta.

Penemuannya pertamanya tidak dianggap karena orang telah lama percaya bahwa bumi adalah pusat segalanya. 

Bumi adalah tempat yang datar dimana akan ada saatnya dimana ujung bumi itu habis.

Dan para kapal yang sedang bersiar akan jatuh ke dalam ujung bumi itu.

Teori itu mulai terbantahkan ketika banyak penyiar yang bisa mengitari bumi tanpa pernah jatuh ke ujung dunia. 

Bukti-bukti mulai ditemukan mengikuti berkembangnya ilmu pengetahuan alam.

Berkembang dari bumi yang bergerak mengitari matahari.

Dimana matahari bergerak mengelilingi pusat tata surya kita.

Tata surya kita juga bukanlah pusat alam semesta kita juga. 

Melainkan milyaran tata surya yang membentuk galaksi kita.

Dari galaksi itu, dengan sekitar 100-200 milyar galaksi lainnya membentuk alam semesta kita.

Dari situ, tidak diketahui lagi  apa ada alam semesta lain yang berada di kosmos / sebutan untuk luar angkasa semuanya.

Ini semua bisa kita ketahui dan rasakan manfaatnya oleh karena sikap skeptis manusia yang mengembangkan science.

Science masih berkembang terus dan tidak ada habisnya.

Mungkin orang banyak yang tidak percaya akan kemungkinan time-travel.

Tapi dilihat dari sudut pandang orang idealis, itu merupakan siklus skeptisme manusia saja.

Banyak yang meragukan kebenarannya, dan justru mendapatkan bahwa tidak ada yang bisa menutup kemungkinan itu.

Ini saja baru gambaran besarnya. 

Sudah tak terhitung apa saja kontribusi science untuk hal yang lebih applied atau dipakai di kehidupan sehari-hari dari itu.

Itulah science, dasar untuk engineering. 

Kalo belajar engineering sih, semata-mata hanya ingin membantu Indonesia saja.

Teknik anti-gempa Jepang ingin rasanya kubawa pulang dan kuterapkan di Indonesia.

Bayangkan ada 2 gempa dengan magnitude yang mirip yaitu sekitar 9SR, menghantam Banda Aceh Darussalam 26 Desember 2004 dan daerah Tohoku 11 Maret 2011. 

Keduanya menghasilkan korban jiwa yang sama sekali tidak mencerminkan kemiripan magnitudenya. 

Ini adalah mimpi tujuanku, setidaknya pandanganku akan masa depan untuk saat ini.



Ruben

Keluarga di Jepang


Sudah lama aku tak bercerita mengenai kehidupan personalku.

Memang sih yang aku mau masukkan disini kebanyakan adalah yang sedang berwara-wiri di pikiran saja.

Bukannya aneh atau apa.

Aku merasa perlu menulis pikiran-pikiranku karena mungkin akan berguna bagi orang lain atau bagi diriku di masa depan.

Ya ya ya keanehan itu relatif.

Boleh lah berfikir apa saja mumpung masih diperbolehkan waktu :)

Namun rasanya kurang kalo belum menuliskan keputusan paling tepat yang aku pernah ambil di Jepang.

Aku terakhir bercerita ketika masih berada di asrama. 

Aku sudah pindah semenjak awal Agustus tahun lalu.

Sekarang aku ada di rumah seorang pasangan Jepang-Indonesia yang punya kedua orang anak.

Ibunya Indonesia, Bapaknya Jepang, 1 anaknya cowo umur 10 tahun, dan 1 anaknya cewe umur 6 tahun.

Ada kamar kosong yang kebetulan disewakan untuk anak Indonesia yang sedang kuliah atau bersekolah disini.

Temanku yang berinisial F yang mengajakku kesini dan akhirnya aku tinggal dengan dia disini.

Ditambah satu lagi "anak", atau lebih tepat "bapak" berinisial I dari Indonesia juga ini, kami adalah keluarga.

Bukan asal ngomong.

Kami adalah keluarga.

Sistem yang diberlakukan disini persis seperti apa yg keluarga-keluarga lakukan.

Mulai dari dimasakkan makanan, makan bersama-sama, ngerumpi bersama-sama, sampai ke obrolan uang dan masa depan bersama.

Nasihat-nasihat yang diberikan layaknya ibu yang memberikan nasihat kepada anaknya.

Dibanding keluarga Indonesia yang kejepang-jepangan, keluargaku ini adalah keluarga Jepang yang keindonesia-indonesiaan.

Dan kami sangat bersyukur bisa mendapatkan keluarga jauh di negeri samurai nan jauh ini.

Harga relatif  jauh lebih murah bila dibanding dengan tinggal di apartemen sendiri.

Opsi untuk berbicara sehari-hari di rumah dengan bahasa Indonesia adalah opsi yang luar biasa aku rindukan, ternyata.

Di asrama dulu, aku hanya bisa berbicara bahasa Indonesia dengan satu orang sebangsa. 

Itu pun ketika makan bersama. 

Selebihnya harus dalam bahasa Jepang, atau ya bahasa Inggris.

Aku harus jujur.

Bahasa utamaku masih bahasa Indonesia.

Tidak peduli betapa terbiasanya aku memakai bahasa Inggris untuk kuliah, ketika diberikan suatu pilihan berbahasa Indonesia di rumah.

Itu luar biasa menggiurkan.

Bukan hanya berbahasanya saja lho.

Hospitalisasi orang yang berbicara dengan bahasa mothertongue-nya itu akan jauh, jauh lebih terlihat.

Sekian kata, aku punya Little Indonesia di Jepang, dan itu adalah rumahku.

Selamat beraktivitas.



Ruben






Lagi lagi post tentang agama ah


Di dunia itu yang paling pasti dan yang bisa dijelaskan bagi saya setelah hidup selama 19 tahun ini adalah hanya adanya plus dan minus, postif dan negatif.

Ini kemudian bisa dikaitkan dengan baik dan buruknya tingkah laku manusia kalau dlihat secara filosofis.

 Black hole dan white hole. 

Adanya energi dan anti-energi. 

Kalau secara agamais, ya dosa atau tidak berdosa. 

Hidup dan mati.

 Kalau kita telaah lagi konsep perjalanan sejarah science dan agama itu pasti berlanjut ke proses menjawab akan kemana kita (roh kita) setelah melewati / berhujung di kematian. 

Agama telah beragam-ragam memberikan penjelasan akan kemana kita mati, ada umat Kristiani yang bilang bahwa kita akan dihakimi dan dimasukkan ke surga atau neraka, dan ada yang berteori / berwahyu kita akan beregenerasi dan regenerasi terus menurun (Budha)

Walau banyak yang bisa mencari-cari titik-titik dan poin penting yang agama tidak bisa jawab, namun bagi pemercaya agama tersebut, semuanya adalah hanya yang mau mereka dengar saja dan tertutup terhadap agama-agama atau kepercayaan yang lain saja.

 Justru dengan hanya mempercayai dan mau mendengar satu agama saja, bukankah itu menjadikan kita menjadi orang yang tidak Tuhan inginkan?

Kalau Tuhan emang ada dan kita belum ada bukti yang tepat kalau agama siapa yang benar, bukankah dengan demikian diberi amanah dari Tuhan untuk terus mencari2 agama yang tepat? 

Saya hidup di lingkungan dan sosial budaya yang kental dimana saya dididik sebagai anak Katolik, saya dibaptis dan dikharisma sebagai orang Katolik yang artinya saya sudah dimantapkan jadi orang Katolik.

 Saya jujur pada saat itu masih Katolik yang taat, mungkin karena saya belum dibangkitkan hatinya ya menurut saya, oleh Tuhan sendiri.

Tapi hanya dengan menjadi seorang Katolik, atau seperti teman Muslim kita, sebaiknya kita tidak menutup hati dan pikiran kita terhadap kemungkinan benarnya agama lain.

 Jujur saya sekarang ini adalah orang yang tidak percaya akan agama apapun, namun saya percaya akan adanya Tuhan di dunia ini sebelum science bisa buktikan keberadaannya Tuhan yang menciptakan kita. 

Saya ingin menekankan disini bahwa saya tetap percaya Tuhan.

 Namun, seiring perjalanan hati dan pikiran membawa saya, tentunya konteksnya masih sangat manusiawi, saya ingin bukti terlebih dahulu. 

Agama belum/tidak bisa dipilih satu dan diyakini pada masa ini, karena semua agama itu tidak satu dan beda asal-usulnya. 

Kalau ada satu agama yang membuktikan semuanya dan hanya kalau semuanya nyambung, baru agama itu adalah yang paling benar. 

Sekarang bagi saya, yang paling egois di dunia ini adalah orang yang benar2 percaya tentang agama dia dan hanya agama dialah yang paling benar, karena dengan demikian orang itu egois karena hanya merasa dirinyalah yang berhak tau akan rahasia dari Tuhan itu sendiri.

 Menurut saya yang berhak menjelaskan keberadaan diriNya ya dia sendiri. 

Kita bukan Tuhan dan bisa menentukan agama apa yang paling benar.

 Kita hanyalah manusia biasa. 

Bahkan agama mungkin saja hanya diciptakan manusia, biproduk dari manusia manusia yang putus asa akan tak bisanya mencari Tuhan.

 Manusia-manusia zaman dulu memanfaatkan karateristik manusia yang suka akan cerita, dan cerita yang dibuat oleh Tuhan sendiri tentu akan menjadi cerita yang sangat disukai, maka terbentuklah agama-agama itu, setua kepercayaan animisme sampai sebaru agama-agama Abrahamic. 

Dengan menutup hati akan kemungkinan benarnya agama yang lain darimu tentu bukanlah mau Tuhan, bukan? 

Tak mungkin dia mau kita terpisahkan antar agama. 

Kita saja manusia baru hidup sekitar 200ribu tahun yang lalu. 

Manusia tidak diciptakan di awal tetapi mungkin memang ciptaan yang paling baik bagi Tuhan. 

Di kumpulan agama-agama Tuhan Abrahamic contohnya, tuhan dikatakan menciptakan kita dalam waktu 6 hari dan akhirnya beristirahat pada hari ke tujuh. Semua terjadi sekitar 6500 tahun yang lalu

Science membuktikan bahwa alam semesta kita itu terjadi dari big bang 13,5 miliar tahun yang lalu dan terus berkembang. Bukan tiba-tiba berhenti perkembangannya ketika tercipta. Jadi agak blur disini.

 Ada teori yang mengatakan mungkin Tuhan menciptakan bintang2 dan langit di luar angkasa itu sedemikian sehingga hanya tampak luarnya saja yang seperti setua 13,5 milliar tahun. 

Dari situ saja, kita sudah bisa melihat kelumpuhan argumen ini.

 Science satu persatu bisa membantah keberadaannya Tuhan, mau atau tidak.

Bayangkan, kita di bumi ini sudah sangat sangat kecil, bahkan kurang dari 1 nanopartikel bila dibandingkan dengan kosmos. 

Mungkin 1 nano kali nano kali nano kali nano kali nano partikel. 

Anda dapat poin saya.

Kita tetap membagi-bagi bumi yang sangat kecil itu menjadi bagian yang lebih kecil lagi, dari perang antar negara, agama, dan antar kelompok di dalam negara sendiri contohnya. 

Susah dicerna memang melihat tingkah laku manusia yang demikian bila dilihat dari sudut pandang orang yang telah melihat ke atas.

 Dan maksudku atas disini adalah well, luar angkasa, bukan tuhan atau apapun itu kepercayaanmu. 

Orang-orang seperti astronom, astrophysicist dan astronot, hidup menjadi orang yang sangat berwibawa dan penuh cinta karena mereka sadar akan kecilnya kita di alam semesta ini. 

Dan di tiap generasi, sayang kalau tidak dipakai untuk saling mengasihi satu sama lain.

Toh tujuan agama itu menurutku hanyalah pandangan untuk menjalani kehidupan saja.

Demikian.

Selamat beraktivitas.



Ruben

Orang Normal

Banyak orang ingin menjalani hidupnya bukan seperti layaknya orang normal biasa.

Mereka punya pandangan mereka sendiri terhadap orang normal biasa. 

Bila layaknya orang hidup di kota menjadi orang kantoran. 

Kalau orang yang hidup di desa bisa seperti meneruskan usaha ayahnya dan sebagainya. 

Tapi sebenernya kalo diliat lebih dalam lagi, orang orang yang tidak mau menjadi orang normal malah sebenarnya termasuk sebagian besar dari populasi orang sendiri. 

Jadi orang orang yang punya mimpi menjadi lain dari orang normal itu adalah sebenarnya orang normal itu sendiri. 

Hal ini yang malah membuat kenormalan mereka masuk akal.

Tapi ada jenis orang yang memang justru ingin menjadi orang normal biasa dan memang benar menjadi orang normal biasa.

Apa orang ini termasuk orang normal?

Atau kita kekurangan cara untuk mendefinisikan arti kata normal itu sendiri?

Termasuk manakah anda? 

Selamat beraktivitas hari ini.



Ruben

Senin, 13 Januari 2014

Ketuhanan yang Maha Esa

Saya ingin berbagi dan memberikan pendapat yang menurut saya sangat krusial bagi keberlanjutan Indonesia sebagai negara demokratis pancasila. 

Ngomong-ngomong soal Pancasila, saya sangat cinta sama ideologi yang Bung Karno dan beberapa kawan sefilosofinya berhasil ciptakan untuk Indonesia yang sangat beraneka-ragam ini. 

Saking luasnya ideologi yang bisa mempersatukan Indonesia ini, mungkin ideologi ini bahkan bisa dipakai mempersatukan dunia. 

Namun, kalau kita bicara tentang ideologi, tentu akan bisa menjadi hal yg efektif hanya kalo diterapkan di negara yang ideal, Indonesia yang ideal, dan dunia yang ideal.

 Nyatanya, hal yang paling ideal dari republik kita ini adalah cuacanya, ada 2 cuaca yang ada di Indonesia, satu adalah ketika musim panas, dan dua adalah musim lebih panas. Hehe..

Disini saya hanya mau berbagi pandangan saya kepada kalian dan mungkin saya yang akan baca di masa depan nanti. 

Tentang sila Pancasila yang pertama. 

Apa itu apakah kalian tau? 

Ya benar, 'Ketuhanan yang Maha Esa'. 

Sila ini sebenarnya sudah sangat jelas dimaksud Bung Karno yaitu adalah mengakui ketuhanan yang satu. 

Ketuhanan ini bukan berarti Tuhan hanya ada 1 di mata jutaan rakyat Indonesia, tentu Bung Karno tidak sebodoh itu. 

Ketuhanan bisa diartikan sebagai hal-hal yang menjadi karateristik Tuhan.

 Dengan berkata demikian, Bung Karno saya pikir adalah orang yang sangat revolusioner. 

Ia, bila ditempatkan di negara yang ideal, pasti akan membuat negara itu bersatu atas dasar Ketuhanan yang satu pula.

 Artinya disini adalah, mau apapun agamamu itu, pasti Tuhan agama lo itu mempunyai karateristik yang sama juga. 

Gila ga sih ini.. 

Dia ngomong gini untuk mempersatukan Indonesia. 

Prioritas dia adalah Indonesia bersatu, bukan hanya karena dia menganut suatu agama, lalu negara yang dia mau pimpin harus menganut agama yang sama dengan dia, tapi dia mengedepankan masa depan Indonesia bila mau menjadi negara yang bersatu, lagi lagi ya kalau ideal. 

Memang saya akuin dia mendasarkan Indonesia untuk menjadi negara yang percaya Tuhan ya, ga mungkin ada orang di Indonesia yang atheist, setidaknya secara resmi diakui oleh negara.

 Langkah selanjutnya yang diambil Indonesia mungkin agak salah disini, saya gatau juga sih sejarahnya kaya gimana, tapi yang jelas sekarang ketika mau bikin ktp, kita harus memilih satu dari hanya beberapa agama saja yang diakui Indonesia. 

Ini rada-rada kurang dipikir tapi kalo dipikir-pikir susah juga ngelompokinnya sih ya. 

Hal yang terjadi disini sama seperti mengelompokkan partai-partai sebelum reformasi itu menjadi kelompok-kelompok partai yang digabungkan. 

Akhirnya hanya ada beberapa dari bergelintir-gelintir partai aja yang ada di Indonesia pada saat itu, hanya ada beberapa agama saja dari banyak yang ada di Indonesia. 

Mungkin kalo sekarang partai-partai aja udah bisa jadi banyak lagi karena sudah makin terlihat demokratisasi di Indonesia ini, kita belum melihat kebebasan beragama yang sungguh bebas di Indonesia. 

Ini nyata dialami keluarga dari pihak nyokap saya yang kebetulan beragama Yahudi, dan terpaksa mencantumkan dirinya sebagai agama Islam di ktp-nya.

Lalu apakah Indonesia bergerak menjadi negara yang lebih ideal di mata Bung Karno? 

Jawabannya ada di 'kebanyakan' bendera-bendera yang kalian bisa liat ketika demokrasi-demokrasi terjadi di berbagai tempat di ibukota Jakarta misalnya. 

Apa bendera yang paling banyak kalian liat disana? 

Benar sekali, bukan bendera yang sudah jarang kita liat di demo-demo dahulu kala, bukan bendera yang setengah bagian atasnya merah dan setengah bagian bawahnya putih men, bukan bendera negara Indonesia. 

Well, mungkin memang bisa dilihat sih ada juga yang bawa bendera Indonesia, saya gak selebay itu juga ngedoktrin kalian.

 Ini hal simpel men namun mendasar, menganut perbedaan ideologi yang sangat nyata loh.

 Gue bisa kaitkan aja dengan kerusuhan mei 1998.

 Seberapa kerasnya kerusuhan pada saat itu, namun jelas mahasiswa turun ke jalanan bersatu, membawa nama rakyat Indonesia loh, bukan segelintir orang dari suatu organisasi masyarajat tertentu. 

Mereka punya tujuan yang jelas sebagai rakyat Indonesia demo supaya Suharto turun. 

Sekarang yang kalian bisa lihat kebanyakan dari ormas-ormas men.

 Mereka lupa sebenarnya ormas itu kan ada di bawah Indonesia. 

Tapi kenapa mereka saling demo dengan membawa bendera ormas mereka? 

Bawalah bendera Indonesia dan cukup berunding aja kalo mau mengedepankan kesejahteraan Indonesia. 

Bukan begitu toh?

 Mungkin Bung Karno bakal pusing kali ya liat kita orang Indonesia dari surga atas sana. 

Ini tuh sama persis dengan orang-orang satu RT yang bertengkar dengan orang-orang di RT sebelahnya, namun sebenarnya RT RT itu juga sama sama mau demo ke kelurahan yang mimpin RT RT itu gituloh.

Apa anda melihat kemiripannya?

Menurut gw kalo ormas-ormas di Indonesia itu terus dibiarkan mengakar ya yang ada Indonesia terpecah  belah menjadi ormas-ormas itu sendiri-sendiri.

 Padahal ormas itu adalah bagian kecil dari Indonesia men. 

Indonesia menurut gw sedang mengalami perang. 

Bukan perang nyata terhadap negara lain, tapi perang saudara yang masih dalam fase-fase awal. 

Betapa sedihnya ga sih kalo misalnya suatu negara hancur hanya karena orang-orang di dalamnya yang egois. 

Indonesia itu didirikan Bung Karno atas ideologi yang sangat 'Bhinneka Tunggal Ika' men, masa Indonesia hancur justru karena tidak bisa mengartikan dan mempraktikkan ideologi tersebut?



Karena gue suka baca-baca hal yang berkaitan dengan astronomi, gw mau tulis juga disini. 

Di bawah ini ada gambar, dan di gambar itu ada sebuah panah yang menunjukkan suatu objek. 

Kalian tau apa objek itu? 

Benar men itu adalah bumi kita sendiri, diambil oleh Voyager 1 pada 1990, sebuah benda luar angkasa yang kita buat yang sekarang sedang bergerak menuju keluar dari tata surya kita. 

Gambar ini diambil sekitar 6 milliar kilometer jauhnya dari bumi kita. Sebagai referensi aja, jarak dari bumi ke matahari kita adalah sekitar 150 juta kilometer ya.. 

Sekecil itu bumi kita aja di tata surya, kita masih mengelompokkan orang-orang di bumi menjadi negara-negara yang jauh lebih kecil dari bumi, sekitar 1 dari 200 negara. 

Belum puas, kita mengelompokkan diri kita ke dalam partai dan ormas-ormas loh ya. 

Dilihat dari perspektif ini, melihat orang yang nasionalis saja sebenarnya udah seperti melihat orang yang tertutup akan besarnya tata surya atau alam semesta atau bahkan seluruh kosmos kita, jangankan melihat orang yang sangat setia pada ormas-ormasnya. 

Menarik bukan?

 Silahkan perhatikan dengan sekeama bumi di gambar ini. 

Di satu titik kecil itu, ada semua yang kita tau tentang peradaban manusia, berapa banyak perang yang kita sudah lakukan demi memperjuangkan negara kita masing-masing, berapa banyak orang yang sudah mati karena kita mau memperjuangkan tanah yang sebenarnya adalah hanya sedebu di kosmos ini. 

Itu adalah kita. 

Kita adalah bagian dari kosmos ini.

 Kalau tertarik, kalian bisa baca buku 'Pale Blue Dot' karangan Carl Sagan yang gw juga sekarang lagi baca


http://blogs.scientificamerican.com/life-unbounded/files/2013/06/paleblue_custom-b200d49e728a183a8622779513762ba435508898-s6-c30.jpg