Minggu, 08 Mei 2016

Sajak Swastika

Om swastiastu

Kupijakkan kaki di luar rumahku
Kuakan pergi tuk menemui dirimu
Pujaan hatiku, dambaan hasratku

Om swastiastu

Kuhanya bisa berdoa setiap hariku
Tuk dapat mengukir rasa dalam setiap tatapmu
Tuk bangun istana kecil dalam megahnya hatimu

Om swastiastu

Mungkin memang kau tak perluku setiap harimu
Tapi harapku, agar kau inginku dalam setiap diammu
Dalam setiap kata yang tak terucapmu
Dalam setiap senyum yang tak berimu

Om swastiastu

Apa diriku ada dalam setiap mimpimu?
Apa diriku ada dalam setiap langkahmu?
Untuk halku, kau telah melekat dalam lapisan-lapisan terdalam hatiku

Om swastiastu
Kata sapaan dalam agama Hindu
Om swastiastu
Betapa indahnya sapaan itu
Om swastiastu
Kerap dirimu dalam keadaan bahagia selalu

Om swastiastu
Kuakhiri coretan ini dengan sebekal anganku
Om swastiastu
Angan akan seutuhnya memilikimu
Om swastiastu
Tapi tak perlulah itu, asal kau beriku bahagiamu

Om swastiastu
Om santi santi santi om

Shinjuku
Mei 2016

Kamis, 05 Mei 2016

Sajak Kopi

Aku terbangun pada pagi ini dan langsung kubuat kopi pahit.
Aku harus bersiap pergi walau badan terasa sakit.

Tak ada yang boleh menghambat kepergianku karena ini untuk masa depanku.
Untuk apa aku rela jauh-jauh merantau kalau bukan untuk Indonesia negriku?

Kopi.. Kopi bisa saja hanya sebuah stimulan bagi semua asa dan semangat.
Tapi hanya dengan kopipun, semuanya takkan berarti tanpa adanya niat dan taat.

Satu sendok, dua sendok kopi yang kuserok, kupadu dengan gula secukupnya.
Sambil kutunggu air memanas, aku melihat berita pagi untuk tahu dunia dan sekelilingnya.

Teror, pemerkosaan, dan Trump terus mengisi laman Facebook-ku.
Hanya kesal dan miris yang bisa kutanam ini takkanlah berguna tanpa adanya gerakku.

Mungkinkah kopiku ini bisa kemudian berguna untuk memberikan semua orang tawa?
Ah mungkin aku hanyalah masih mengantuk, izinkan aku terlebih dahulu mengumpulkan jiwa.